Di Mana Kita Berpihak?

Di Mana Kita Berpihak?

Dikisahkan, ketika Raja Namrud memerintahkan pasukannya untuk membakar Nabi Ibrahim, seekor semut mendengar kabar itu. Semut itu kemudian berpikir bagaimana caranya menyelamatkan Nabi Ibrahim meski ia bertubuh kecil. Karena punya tekad tak boleh berdiam diri, si semut pun membuat bejana dari kayu kecil, lalu pergi ke danau sambil membawa bejana tersebut untuk membawa setetes air yang akan ia gunakan untuk menolong Nabi Ibrahim yang hendak dibakar Raja Namrud.

Dalam perjalanan, si semut bertemu dengan seekor gagak. Gagak itu kemudian bertanya kepada si semut, “Apa yang kamu pikul itu sampai kau begitu payah membawanya?” “Aku membawa bejana berisi air,” jawab semut. “Untuk apa air itu?” Tanya gagak lagi. “Tidakkah kamu mendengar kalau Namrud akan membakar Nabi Ibrahim? Aku ingin membantu memadamkan api Namrud yang membakar Nabi Ibrahim,” jawab semut. “Apakah kamu merasa yakin bisa memadamkan api besar Namrud dengan setetes air itu?” Tanya gagak. “Aku tahu setetes air yang kubawa tidak akan bisa memadamkan api besar Namrud, tetapi dengan ini aku bisa memastikan di pihak manakah aku berada (di pihak Allah).”

Singkat cerita, si gagak pergi begitu saja sambil mencemooh si semut. Sementara si semut tetap pergi ke tempat Ibrahim akan dibakar dengan tekad yang kuat. Meski cerita semut membawa setetes air ini tidak ada dalam Alquran atau hadis, tapi kita bisa mengambil banyak hikmah dari kisah ini.

Semut itu tahu setetes air tidak akan mampu memadamkan api besar, tapi semut itu tahu kalau Allah selalu menilai hambanya yang melakukan kebaikan walau sangat kecil. Di mana kita berpihak? Apakah kita selalu berpihak pada kebenaran?


Yang jelas, di mana kita berpihak, akan menentukan masa depan kita. Masa depan di dunia maupun di akhirat kelak. Karena itu, tentukan pilihanmu sekarang, di mana kita berpihak? <>

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *